HERALDSULSEL — Al-Fatihah, sebagai surat pembuka dalam Al-Qur’an, memiliki keutamaan yang luar biasa. Hal ini disampaikan oleh ulama kharismatik, Gus Baha.
Ia tidak hanya membahas kemudahan dalam menghafal surat ini, tetapi juga menegaskan bahwa membaca dan memahami Al-Fatihah dapat membentuk nilai sosial yang kuat dalam masyarakat.
Menurut Gus Baha, membaca Al-Fatihah seharusnya menjadi kebiasaan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Ia memberikan ijazah Al-Fatihah sebagai bentuk keberkahan, mengingatkan bahwa surat ini adalah inti dari ibadah seorang Muslim.
“Kalau kita sudah terbiasa dengan kebaikan, maka kita tidak perlu bergantung pada aturan atau pengawasan. Kebaikan itu harus menjadi nilai yang tumbuh alami di masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa amanah adalah aspek penting dalam kehidupan sosial.
Ia mencontohkan bagaimana pemimpin dan anggota masyarakat harus menjalankan tanggung jawab mereka dengan penuh kesadaran, tanpa perlu paksaan.
Dalam konteks ini, ia juga membahas perubahan sosial, seperti penerimaan terhadap jilbab yang kini lebih luas dibandingkan masa lalu.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa kebaikan yang sudah menjadi nilai bersama akan mengurangi ketergantungan pada aturan formal.
Dalam kajiannya, Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk benar-benar memahami makna bacaan dalam Al-Fatihah, terutama pada ayat Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan).
Ia menjelaskan bahwa meskipun ayat ini adalah kalam Allah, saat kita membacanya, ayat tersebut menjadi bagian dari doa dan pernyataan keimanan kita.
“Banyak orang bertanya, kenapa kita membaca kalimat ini seolah-olah Allah yang berbicara kepada kita? Padahal ini adalah bentuk pengajaran dari Allah. Sama seperti anak yang belajar berbicara dari orang tuanya, ketika ia mengulang kata-kata tersebut, maka kata-kata itu menjadi miliknya,” terang Gus Baha.
Ia menekankan bahwa pemahaman ini penting agar seseorang tidak merasa bingung saat membaca Al-Fatihah.
Dalam setiap doa dan bacaan, umat Islam diajak untuk merasakan hubungan yang lebih dekat dengan Allah, bukan sekadar mengucapkan lafaz tanpa memahami maknanya.
Mengakhiri kajiannya, Gus Baha mengingatkan bahwa hidup adalah ujian yang datang dalam berbagai bentuk. Baik itu dari kenyamanan duniawi, tantangan sosial, hingga godaan yang dihadapi setiap hari.
“Kita ini selalu diuji, bisa dari penumpang yang cantik, bisa juga dari preman. Maka kita harus selalu ingat bahwa hidup ini ujian dan setiap doa yang kita panjatkan, termasuk Al-Fatihah, adalah jalan agar kita tetap dalam bimbingan Allah,” pungkasnya. (*)