HERALDSULSEL, MAKASSAR – Sudah enam belas hari berlalu sejak malam pergantian tahun 2024 yang kelam, namun bayangan tragis atas tewasnya pengacara Rudy S. Gani tetap menyelimuti dusun Limpoe, Desa Pattukku Limpoe, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Seiring berjalannya waktu, rasa pilu yang tak kunjung reda menyelimuti keluarga, terutama Hj Maryam, istri almarhum, yang berharap keadilan dapat segera ditemukan. Namun, hingga kini, pelaku yang telah merenggut nyawa suaminya masih terombang-ambing dalam bayang-bayang ketidakpastian.
Hj Maryam, dengan mata yang mengisyaratkan keputusasaan, meluapkan kekecewaannya terhadap lambannya penyelidikan. “Kami berharap sekali semoga secepatnya kasus ini bisa terungkap, karena sudah beberapa hari berlalu, tapi belum ada titik terang,” ujarnya, suara penuh harap yang terbalut oleh kesedihan yang mendalam. Baginya, kematian suaminya adalah sebuah luka yang belum sepenuhnya terobati, dan waktu yang berlalu hanya memperburuk rasa hampa itu.
Pada malam yang gelap itu, Rudy S. Gani ditembak dengan sadis, sebuah peristiwa yang menyisakan lebih dari sekadar tubuh yang tak bernyawa. Di balik setiap tetes air mata yang tumpah, terpendam keinginan akan sebuah keadilan yang tak kunjung datang. Polisi telah memeriksa 42 saksi, menyita 12 senapan sebagai barang bukti, namun pelaku tetap berada di luar jangkauan, seperti bayang-bayang yang menghindar dari cahaya. Di tengah misteri yang menebal, Hj Maryam tidak hanya menunggu jawaban, tetapi berteriak meminta keadilan untuk suaminya yang mati dengan cara yang tak wajar.
“Suami saya bekerja dengan penuh tanggung jawab. Kami hanya ingin keadilan,” ujar Maryam, suaranya serak, namun penuh tekad. Ia berharap agar polisi bekerja dengan lebih keras dan profesional. Dalam keheningan malam, harapan itu terdengar seperti doa yang dipanjatkan kepada langit yang tak kunjung memberi petunjuk.
Para penyidik mengungkapkan bahwa mereka telah mengumpulkan sejumlah bukti, termasuk percakapan elektronik yang berhubungan dengan ancaman-ancaman yang diduga mengarah pada peristiwa tragis ini. Namun, meski bukti semakin terungkap, teka-teki tetap belum terpecahkan. Tiga sosok kini menjadi sorotan, mereka yang diduga memiliki peran dalam pembunuhan ini: otak dari perencanaan, pelaku utama, dan mereka yang membantu. Setiap sosok itu menyisakan pertanyaan—siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas kematian Rudy S. Gani?
Kasus ini menjadi lebih dari sekadar misteri pembunuhan. Ini adalah perjuangan untuk mengungkap kebenaran, untuk memberi jawaban pada sebuah keluarga yang terpaksa berjuang dengan luka mendalam. “Jangan biarkan keluarga korban terus menunggu tanpa kepastian,” ujar Maryam, kata-katanya menembus keheningan, menggema dalam ruang yang penuh dengan ketidakpastian.
Dengan harapan yang masih hidup, keluarga, sahabat, dan masyarakat menanti jawaban dari pihak berwenang. Dalam setiap langkah mereka, ada doa agar segera terbuka jalan menuju keadilan, agar mereka yang bertanggung jawab tidak lagi bebas berkeliaran. Sebuah tragedi yang mengundang banyak pertanyaan, namun hanya satu jawaban yang diinginkan: siapa yang membunuh Rudy S. Gani? (*)