Oleh: Fitrianingsi (Mahasiswi Magister Akuntansi STIEM Bongaya)
HERALDSULSEL – Di tengah pesatnya pertumbuhan sektor industri manufaktur sebagai kontributor utama ekonomi, tantangan yang dihadapi perusahaan baru dalam lima tahun pertama tidaklah sederhana. Keterbatasan modal, sumber daya manusia, dan teknologi menjadi kendala utama, termasuk dalam hal merekrut staf keuangan yang andal. Namun, di balik keterbatasan ini, terselip peluang besar melalui penerapan metode Learning by Doing untuk karyawan fresh graduate.
Metode ini mengutamakan pembelajaran langsung melalui praktik di lapangan, baik secara individu maupun berkelompok. Learning by Doing bukan hanya strategi untuk memaksimalkan potensi karyawan baru, tetapi juga memberikan keuntungan berlipat bagi perusahaan yang sedang berkembang.
Manfaat yang Didapatkan
Bagi para karyawan baru di bidang keuangan, manfaat profesional yang ditawarkan sangat besar. Mereka dapat mengasah kemampuan akuntansi praktis, meningkatkan analisis data, hingga belajar mengelola risiko keuangan. Lebih jauh, metode ini membantu membangun rasa percaya diri dalam pengambilan keputusan dan pemahaman sistem keuangan perusahaan.
Dari sisi karir, Learning by Doing membuka jalan bagi promosi, pengembangan profesional, hingga peluang kerja di perusahaan lain. Karyawan juga dapat membangun jaringan yang lebih luas, serta menyesuaikan diri dengan dinamika industri yang terus berubah.
Untuk perusahaan, metode ini membantu meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi kesalahan, serta menciptakan sistem keuangan yang lebih andal. Hal ini juga berdampak pada kualitas laporan keuangan dan kepuasan para pemangku kepentingan.
Tantangan dan Risiko yang Mengiringi
Namun, Learning by Doing tidak luput dari kelemahan. Karyawan fresh graduate sering kali minim teori dasar, kurang supervisi, dan belum sepenuhnya memahami budaya kerja perusahaan. Risiko teknis, seperti kesalahan dalam penggunaan perangkat lunak akuntansi, serta risiko non-teknis, seperti kemampuan komunikasi yang rendah, juga bisa menjadi penghambat.
Dampak terburuknya adalah kerugian finansial, kehilangan data penting, hingga risiko hukum akibat kesalahan pelaporan. Meski begitu, perusahaan dapat memitigasi risiko ini melalui pelatihan intensif, supervisi yang baik, dan evaluasi kinerja secara berkala.
Penerapan Metode yang Tepat
Aktivitas seperti membuat laporan keuangan, mengelola kas, hingga menganalisis risiko keuangan menjadi langkah konkret dalam Learning by Doing. Pelatihan di tempat kerja (On-the-Job Training), simulasi, dan diskusi kelompok adalah beberapa cara efektif untuk mempercepat pembelajaran.
Melibatkan karyawan dalam proyek keuangan nyata juga mendorong mereka untuk memahami kompleksitas dunia kerja secara langsung. Perangkat lunak seperti SAP atau Excel dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan teknis mereka.
Kesimpulan
Learning by Doing adalah solusi ideal bagi perusahaan baru dalam membentuk karyawan fresh graduate menjadi profesional handal di bidang keuangan. Selain memberi pengalaman nyata, metode ini juga membangun kepercayaan diri dan kemampuan kerja tim.
Meski ada tantangan, manfaat yang dihasilkan jauh lebih besar. Dengan perencanaan matang dan dukungan dari perusahaan, Learning by Doing bukan hanya menjadi metode pembelajaran, tetapi juga alat strategis untuk mengembangkan karyawan sekaligus memperkuat fondasi perusahaan di tengah persaingan industri yang ketat. (*)