HERALDSULSEL, BONE – Malam di Dusun Limpoe, Desa Patukku Limpoe, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, mengguratkan cerita pilu yang terus menyelimuti tempat itu. Di bawah langit berbintang malam pergantian tahun, keheningan mendadak terpecah oleh sebuah letusan senapan angin. Letusan itu bukan sekadar suara; ia membawa maut, merenggut nyawa seorang pengacara bernama Rudi S. Gani.
Rudi ditemukan tak bernyawa di dalam bangunan yang tengah ia persiapkan sebagai kantor hukumnya. Bangunan itu, hampir selesai berdiri kokoh, kini menyimpan kenangan tragis yang membekas dalam dinding-dindingnya. Peluru kaliber 8 mm, yang dilepaskan dari senapan angin, menembus pipi kanannya dan bersarang di tulang lehernya. Sebuah tembakan yang, menurut hasil penyelidikan, datang dari posisi lebih tinggi. Dari sana, bayangan pelaku perlahan mulai tergambar, meski masih samar.
Di sekitar lokasi kejadian, garis polisi tetap melingkar erat, membatasi ruang yang kini menjadi pusat penyelidikan. Pekarangan samping rumah warga, dengan tanah yang sedikit lebih tinggi, menjadi titik perhatian utama. Pohon lengkuas dengan ranting patah, kandang ayam yang senyap, dan aroma serai yang tercium samar, semuanya berkontribusi pada kisah pembunuhan yang kini menjadi misteri. Pelaku, diduga, berdiri di atas tebing rendah itu, hanya 15 meter dari tempat Rudi meregang nyawa.
Malam itu, Syamsul Alam, mertua Rudi yang telah renta, mendengar suara letusan yang memecah sunyi. Ia bergegas, matanya mencari, tangannya gemetar saat menyentuh luka di bawah mata kanan menantunya. Luka itu berbicara banyak, lebih daripada kata-kata yang mampu diucapkan oleh seorang lelaki tua dalam kesedihan mendalam.
Polisi bekerja tanpa henti. Hingga kini, 28 saksi telah diperiksa, dan 11 senapan angin diamankan sebagai barang bukti. Namun, bukan hanya senjata yang menjadi kunci, melainkan juga percakapan media sosial yang menyeruak seperti lembaran surat ancaman. Maryam, istri Rudi, menyodorkan bukti-bukti itu dengan air mata yang belum mengering. Sebuah pesan WhatsApp dan unggahan Facebook, yang dikatakannya penuh dengan ancaman, kini menjadi penghubung yang menggiring penyidik ke labirin kebenaran.
Tiga orang mencuat dalam lingkaran kecurigaan. Menurut Tadjuddin Rachman dari Peradi Makassar, mereka adalah pelaku utama, intelektual, dan pembantu. Sebuah jaringan kecil, namun kuat, yang diyakini terlibat dalam pembunuhan ini. Motif mereka, mungkin, tersembunyi di balik kasus-kasus yang pernah ditangani Rudi, sosok yang dikenal sebagai pengacara yang tak kenal takut.
Di tengah desakan untuk menemukan pelaku, penyelidikan terus berjalan. Polisi, dengan segala daya, menyisir setiap celah informasi. Sementara itu, Dusun Limpoe tetap sunyi, menyimpan cerita yang kini menjadi perhatian banyak orang. Sebuah tragedi yang menggoreskan luka mendalam, bukan hanya bagi keluarga Rudi, tetapi juga bagi masyarakat yang mendambakan keadilan. (*)