OTK Bolak Balik Terekam di Benak Maryam

- Peristiwa
  • Bagikan
Ilustrasi

HERALDSULSEL – Sore menjelang Magrib, di Desa Pattuku Limpoe, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, angin berembus perlahan, membawa bau tanah yang lembap. Maryam, istri pengacara Rudy S Gani, berdiri di teras rumahnya dengan pandangan penuh tanya.

Sepeda motor berwarna pudar melintas di depan rumah mereka untuk kesekian kalinya. Pengendara itu, mengenakan baju cokelat, sesekali melirik ke arah rumah dengan tatapan tajam yang sulit diartikan.

Maryam mencatat kejadian itu dalam ingatannya, meskipun ia tak pernah menyangka bahwa pemandangan biasa itu akan menjadi pengantar tragedi. Sepekan setelah malam itu, sang suami, Rudy, ditemukan tewas ditembak dari jarak 15 meter dengan peluru yang menembus di bawah matanya.

Rudy bukan sekadar pengacara biasa. Ia adalah penjaga kebenaran di tengah sengkarut perkara sengketa lahan yang berlarut-larut. Sebagai kuasa hukum pelapor dalam kasus penyerobotan lahan, ia berdiri di garis depan, menghadapi perlawanan yang datang bukan hanya dari kata-kata, tetapi juga dari ancaman nyata.

Maryam mengingat dengan jelas percakapan di media sosial yang melibatkan salah satu terduga pelaku dalam kasus itu. “Kalau hukum tak bisa dipercaya lagi, kami bakal main sendiri,” ucap pria berinisial S itu, seolah menantang keberadaan sistem peradilan yang menjadi tumpuan Rudy.

Kini, kenangan itu menggema di benaknya, berkelindan dengan perasaan bersalah yang tak terucapkan. Dalam pemeriksaan di Mapolda Sulsel, Maryam mengungkapkan kecurigaannya kepada tiga orang yang memiliki keterkaitan erat dengan perkara tersebut.

Namun, ia tetap bungkam soal nama. Ada terlalu banyak ketakutan yang melingkupinya—ketakutan bahwa kebenaran yang diucapkan justru akan membahayakan dirinya dan keluarga.

Di malam-malam berikutnya, Maryam tidak hanya membeberkan cerita. Ia membawa bukti—riwayat pesan di WhatsApp antara dirinya dan Rudy, yang mengungkap ancaman yang diterima sang suami beberapa hari sebelum kejadian. Ada juga unggahan di Facebook yang samar-samar menyiratkan ancaman, mencuatkan kesan bahwa hidup Rudi telah lama menjadi incaran.

Maryam mengenang suaminya sebagai sosok yang tak gentar menghadapi lawan, meskipun di balik pintu tertutup, ia sering berbicara tentang bahaya yang kian mendekat. “Bapak selalu bilang, kita ini membela yang benar. Tapi, saya tahu di hatinya ada resah,” ucap Maryam dengan suara bergetar.

Di pagi yang dingin setelah malam duka itu, rumah Rudy sunyi. Namun, di halaman, ada jejak yang ditinggalkan pengendara sepeda motor yang lewat bolak-balik beberapa hari sebelum tragedi. Jejak yang kini menjadi bukti tak kasat mata, seolah mengingatkan bahwa keadilan kadang-kadang harus digali dari serpihan yang nyaris terlupakan.

Maryam kini berdiri sendiri. Tapi tidak benar-benar sendiri. Bersamanya, ada deretan rekan seprofesi suaminya, siap membantu mengungkap fakta. Maryam menjadi saksi tunggal yang menghubungkan puzzle-puzzle cerita itu. Dalam kesedihannya, ia menyimpan harapan: bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kematian suaminya akan diadili, dan bahwa suara-suara kecil yang memperjuangkan kebenaran tak lagi dibungkam oleh peluru. (*)

Stay connect With Us :
  • Bagikan