HERALDSULSEL, BONE – Di balik sepi malam yang menyelimuti Desa Pattuku Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, sebuah tragedi mencabik hati. Rudy S Gani, seorang pengacara berusia 49 tahun, yang pada malam itu merayakan pergantian tahun baru di teras rumah mertuanya, tidak pernah menyangka bahwa kegembiraan yang seharusnya menjadi awal baru, malah menjadi akhir dari sebuah perjalanan hidup yang penuh makna.
Pada malam yang dingin itu, suara letusan senapan angin memecah ketenangan desa. Peluru itu menembus tubuh Rudy, merenggut nyawanya dalam sekejap. Setelah terjatuh, darahnya mengalir, membawa harapan yang tak sempat terucap. Dalam panik, ia dibawa menuju Puskesmas Lappariaja, namun takdir berkata lain. Rudy mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 01.15 Wita, meninggalkan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Keheningan pasca-kejadian ini segera disusul oleh langkah tegas pihak kepolisian. Polres Bone, dengan semangat pantang menyerah, melakukan penyisiran di sekitar lokasi kejadian. Sebanyak 11 senapan angin disita, sebuah temuan yang membekas tanda tanya. Senapan-senapan itu kini berada di laboratorium forensik Polda Sulsel, dikaji dengan teliti untuk mengungkap misteri di balik tembakan yang merenggut nyawa Rudy.
Apakah di antara senapan itu ada yang menggunakan kamera infrared? Polisi belum menjelaskan lebih rinci. Yang jelas, senapan itu ada di labfor Polda Sulsel untuk diteliti secara mendalam. Seperti diketahui, istri Rudy, Hj Maryam mencurigai satu orang di kampungnya yang sering menenteng senapan angin dengan dilengkapi fasilitas kamera infrared, yang bisa mengeker di dalam gelap.