HERALDSULSEL.ID, MAKASSAR – Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin mendorong masyarakat agar membudidayakan tanaman pisang. Pasalnya kata dia, setiap saat orang Sulsel khususnya Makassar makan pisang.
“Pagi makan pisang, jam 10 pisang, jam 12 pisang, jam 3 pisang malam pisang. Apalagi kalau sudah diabetes pasti makan pisang (saat) pagi. Ini bisa jadi makanan budaya kita, sayangnya di Sulsel tidak ada budidaya,” ucapnya sebelum melakukan Rakor pencegahan inflasi, di Kantor Gubernur Sulsel, Senin 18 September 2023.
Bahtiar mengaku, sebelum dia menjabat sebagai Pj Gubernur Sulsel, dirinya telah membeli bibit pisang di Lampung.
“Saya undang hari ini pemilik kebun pisang terbesar di Indonesia. Eksportir 1 persen untuk 65 negara di Dunia kemudian penyuplai nanas 35 persen untuk negara middle east,” terangnya.
Dengan memiliki budidaya pisang terbesar di Indonesia, Bahtiar mengajak pejabat dan perusahaan agar bisa ke Lampung untuk melihat langsung budidayanya.
“Pisangnya itu 32 ribu hektare, batang pisangnya itu dimakan sapi 20 ribu ekor. Kenapa peternakan kita tak sesukses disana? Tidak ada pakan dari Januari sampai Desember dengan gizi sama. Salah satu pakan tradisional itu tadi. Itu orang cerdas itu,” jelas Bahtiar.
“Bayangkan saya beli di Lampung 1 pohon 10 ribu. Kalau beli 20 ribu pohon kan 200 juta, transport Rp39 juta. Jadi kita butuh 239 juta baru sampai di Bone itu. Karena kita masih manual. Sementara bisa diproduksi massal dengan teknologi sederhana namanya culture jaringan,” lanjutnya lagi.
Dirjen Polpum Kemendagri itu menambahkan, biaya yang begitu tinggi itu disebabkan karena kurangnya pelabuhan barang yang masuk di Sulsel.
Dengan demikian, jalan-jalan cepat rusak dikarenakan angkutan kontainer berlalu-lalang di daerah-daerah dan jalan yang sempit.
“Yang terjadi jalan kita menghubungkan daerah tersebut itu cepat rusak. Karena mulai sembako ringan sampai baja diangkut pakai truk ke jalan sempit. Jadi daya tahan jalan rusak. Coba kalau dibikin pelabuhan, berapa efisiensi terhadap jalan ratusan kilometer,” ucap Bahtiar.
“Ini gak pernah dipikirkan, saya Gubernur pikirkan untuk kampung saya walaupun saya merantau 28 tahun. Bukan berarti saya gak mengerti. Saya mengerti dari laut udara dan darat. Dari sisi udara misalnya, kita kesulitan. Kita keluar negeri dari Sulsel hanya dua cara ke Singapura dan Malaysia. Bagaimana kita bisa maju? Kita tidak bisa akses langsung ke China, Jepang dan Korea,” tutupnya. (War)