Sosok Samaun Bakri, Wartawan Muhammadiyah yang Gugur dalam Kecelakaan Pesawat

- Aneka
  • Bagikan
Samaun Bakri
Samaun Bakri (IST)

Sehingga membuat kontrolir Pariaman, Spits, marah dan mengusir Samaun dari tanah kelahirannya. Samaun lantas pindah ke Bengkulu bersama istri dan anaknya.

Di Bengkulu, Samaun menjadi redaksi di Koran Sasaran. Di surat kabar itu, dia kerap mengkritik petinggi adat bengkulu seperti Demang, Asisten Demang, Pasirah Dan Depati yang menyusahkan rakyat dengan menjadi kaki tangan pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah akhirnya mengeluarkan persdelict atau surat peringatan kepada Surat Kabar Sasaran.

Persdelict ini nampaknya sukses meredam sentimen Samaun. Dia lantas membesarkan Surat Kabar Persatoean dan Surat Kabar Penaboer dan lebih banyak meliput kegiatan Soekarno selama di Bengkulu pada tahun 1938.

Namun, Samaun akhirnya kembali menulis kritik pada 1940 setelah anaknya dipanggil oleh dokter Belanda, Hoogezand dengan panggilan ‘kambing’ dan ‘melayu busuk’ saat mengantri di sebuah klinik.

Samaun yang memukul perut dokter itu dan menulis artikel berjudul ‘dokter busuk mulut’ lantas disidang.

Pada 1941, Samaun sempat dihukum 9 bulan penjara karena dituduh Komunis oleh pengadilan kolonial karena menulis buku berjudul ‘Si Patai’ yang memuat unsur-unsur revolusi.

Mendapat Misi Rahasia Membeli Pesawat di India

Saat mengalami Agresi Militer Belanda, pelabuhan di wilayah Republik Indonesia diblokade oleh Belanda. Tidak ada makanan, obat-obatan, pakaian, transportasi atau barang apapun yang bisa masuk, hal itu menyebabkan masyarakat Indonesia sangat menderita.

  • Bagikan